Langkah
Lagi dan lagi aku kehilangan arah. Mungkin terlalu dini jika harus ku katakan bahwa mungkin inilah fase krisis pikiran, krisis emosi seperti yang biasa dialamai remaja remaja kala akan meninggalkan umur kepala satu.
Aku lagi dan lagi kehilangan tujuan, semuanya terasa datar. Kesedihan, kekecewaan yang menyelubung seperti tanpa alasan. Setiap kali aku kembali meninjau.
"Kamu melakukan semua ini untuk apasih?" sungguh itu bagai sebuah tamparan yang terasa nyeri namun tak bisa ku elakan.
Lebih menohok dalam jiwa lagi kala diri ini bertanya, "sebenarnya tujuan hidup mu apasih? Mimpi apa?"
Mimpiku? Aku hanya bergeming, meninjiu, berharapa mendapat jawaban dari jiwa yang pernah berapi api menggelorakan kata mimpi, kesuksesan, dan cita cita. Tapi akhirnya aku sadari.
Aku berantakan, mimpiku melayang, tujuan hidupku menjadi gamang.
Ya benar harus ku katakan lagi aku kehilangan arah. Aku tak tau lagi apa yang harus aku tuju sekarang. Apa yang harus aku cita citakan lagi, jadi apa? Atau mungkin jadi siapa? Atau setidaknya jadi bagaimana kedepannya. Aku tak tahu lagi.
Aku benar kebingungan menentukan apa yang akan ku lakukan selanjutnya dengan apa yang sedang aku tekuni.
Hari berganti hari ku rasa tak ada perubahan apapun dari diriku. Mungkin ada, tapi tak berarti banyak. Bukan kah semua orang berkata hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang merugi.
Mungkin kah kini aku tengah di ambang kebangkrutan?. Karena aku merasa hari ini tak lebih baik dari kemarin.
Apa yang aku lewatkan?
Apa yang telah aku lepas?
Mengapa semuanya menjadi hampa?
Mungkin sebaiknya aku merajut kembali mimpi mimpi yang ku biarkan membias dengan rutinitas, rutinitas yang meretas tujuan hidup, yang membuat ketidak jelasan dari tindakan.
Apa yang mereka katakan tentang mimpi? Tidak ada yang lebih menyeramkan dari pada hidup tanpa mimpi. Datar tanpa tujuan dan ambisi. Tanpa keinganan dan gairah.
Oh sungguh, kini aku merasakannya. Aku kehilangan mimpi juga tujuan hidup. Hatiku bimbang, kata mimpi tertimbun.
Ini kah krisis itu? Atau langkah menuju kedewasaan? Fase dimana aku mulai memikirkan kehidupan dengan serius?
Oh ayolah aku selalu memikirkan kehidupan dengan serius.
Jadi apa yang terjadi pada ku?
Kebingungan berkepanjangan, tersesat berketerusan membuat ku menjadi mencoba belajar lebih banyak. Bukan hanya untuk ketenangan semata, mengisi kekosongan jiwa sesaat, tapi juga untuk meraih kembali semangat dan ambisa yang mungkin sudah cukup lama tertimpa hal hal yang membuat hanya bisa iri dan terus membandingkam dengan kehidupan orang lain.
Bodoh!! Ya aku tau, aku bodoh. Iri dan membandingkan diri hanya akan memperburuk keadaan.
Tapi akhirnya aku mengerti, aku melewatkan kehidupan dunia luar, aku melewatkan kesempatan bertemu orang banyak, aku kekurangan asupan motivasi dan semangat, pikiran ku hanya stak di satu tempat.
Hal itu membuat semua yang aku lakukan menjaadi datar, karena aku memilih hidup untuk datar.
Tidak ada yang salah, aku yang harus berubah. Tidak ada yang layu, aku hanya belum mekar.
Mungkin sampai kini aku belum kembali menemukan mimpiku, cita cita ku, atau bahkan ambisi ku. Tapi setidaknya aku tahu.
Aku harus keluar.
Seperti yang teman ku katakan.
"Er, dunia luar terlalu indah untuk kamu lewatkan, rumahmu memang nyaman. Tapi pengalaman untuk bertahan hidup harus kamu rasakan juga di luar rumah"
Komentar
Posting Komentar